Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, angkat bicara terkait apa yang disampaikan pengamat intelijen, Susaningtyas Nefo Kertopati, yang menuding banyak sekolah di Indonesia berkiblat pada militan Taliban dan bahasa Arab sebagai ciri teroris.
Kyai Cholil menilai, pernyataan Susaningtyas tersebut bukan sebagai pengamat melainkan penyesat. Kyai Cholil bahkan merasa lucu dan menduga bahwa Susaningtyas tidak memahami bahasa Arab sehingga mengaitkannya dengan teroris.
Melalui akun Twitternya @cholilnafis, Dosen UIN Syarif Hidayatullah ini menulis:
"Mengamati atau menuduh. Gara-gara tak mengerti bahasa Arab, maka dikiranya sumber terorisme atau dikira sedang berdoa ha ha ha. Ini bukan pengamat tapi penyesat Masak' tak hafal nama-nama parpol dianggap radikal, nanti kalau tak kenal nama-nama Menteri dikira tak Nasionalis. Kacau nihh logikanya."
Menurut Kyai Cholil, Bahasa Arab adalah yang paling sempurna. Selain itu, bahasa Arab menjadi bahasa di Islam dan jadi bahasa Al-Quran. Jadi, kalau ada orang berbahasa Arab jadi teroris, maka bukan bahasa Arabnya yang salah.
"Pengajaran bahasa Arab sama dengan orang mengajarkan agama. Jadi, kalau mengatakan Islam agama teroris salahnya di situ, ini kesalahpahaman," KH Cholil Nafis, Ketua MUI.
Kyai Cholil kemudian mempertanyakan, apa hubungan radikal dengan parpol. Dia menyontohkan, jika ada orang yang tidak mau tahu dengan parpol karena tak percaya, masa disebut radikal.
"Jangan-jangan tidak kenal Menteri juga disebut tak Nasionalis, sementara Menterinya ganti-ganti. Saya hapal semua nama Menterinya, namun bisa jadi masyarakat awam tak hapal karena sibuk dengan makan, hidup," KH Cholil Nafis, Ketua MUI.
Akun official Moeslim Choice Network
Website : https://www.moeslimchoice.com
Youtube Channel : https://www.youtube.com/c/MOESLIMCHOICETV
Instagram : https://www.instagram.com/moeslimchoice/
Facebook : https://www.facebook.com/MoeslimChoiveTV
Twitter : https://twitter.com/moeslimchoicetv