Mahfud MD mengklarfikasi terkait pernyataannya yang menyebut provinsi dimana pasangan Prabowo-Sandiaga menang adalah provinsi garis keras agamanya.
Klarifikasi ini sekaligus membalas pertanyaan Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Muhammad Said Didu yang meminta penjelasan dari Mahfud. Pasalnya, Said menyatakan dirinya berasal dari Sulawesi Selatan dan provinsi itu masuk kategori garis keras versi Mahfud.
"Mohon maaf Prof Mahfud, saya berasal dari Sulsel, mohon jelaskan indikator yang prof gunakan sehingga menuduh orang Sulsel adalah orang-orang garis keras agar jadi bahan pertimbangan kami. Kami orang Sulsel memang punya prinsip SIRI utk menjaga kehormatan. Inikah yang dianggap keras?" demikian cuitan Said Didu.
Mendapat pertanyaan itu, Mahfud menjelaskan garis keras itu sama dengan fanatik atau sama dengan sikap kesetiaan yang tinggi.
"Itu bukan hal yang dilarang, itu term politik. Sama halnya dengan garis moderat, itu bukan hal yang haram. Dua-duanya boleh dan kita bisa memilih yang mana pun. Sama dengan bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau," tulis Mahfud dalam balasannya di twitter, Minggu (28/4).
Menurut Mahfud istilah garis keras merujuk pada istilah-istilah yang jamak dipakai dalam ilmu politik. Bukan bermaksud mendiskreditkan kelompok tertentu.
"Dalam term itu, saya juga berasal dari daerah garis keras di Madura. Madura itu sama dengan Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan. Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istulah yang biasa dipakai dalam ilmu politik," jelasnya
Pernyataan Mahfud soal provinsi garis keras mencuat ketika ia diwawancara di salah satu stasiun televisi. Kemdudian video potongan wawancara yang berdurasi 1 menit 20 detik lalu beredar di media sosial.
Seketika hal itu menjadi ramai dipergunjingkan oleh netizen. Banyak yang menyayangkan tokoh sekaliber Mahfud mengeluarkan pernyataan semacam itu.